Selama ini banyak yang ribut kalo Iva itu beda sekali ama Izan. Saat seumuran Iva, Izan tipe bayi yang ramah, banyak senyum, mau ama smua orang dan nga gampang nangis. Sementara Iva sangat bertolak belakang. Iva susah sekali untuk senyum, apalagi ketawa, ketemu ama orang lain meskipun keluarga susah buat digendong, bawaannya nangis kenceng aja. Selain itu Iva juga gampang emosi, bawaannya nangis, teriak, jerit2 dan marah2. Gue sendiri merasakan kewalahan menghadapi sifat Iva.
Yang paling aneh, Izan sejak umur 9bulan udah belajar salim sama ayahbunda dan orang yang lebih tua. Hasilnya saat umur 11bulan, Izan udah bisa salim sendiri. Gue dan suami mencoba mengajarkan hal yang sama pada Iva, tapi Iva selalu bereaksi menolak dengan menarik tangannya atau menahan tangannya bahkan sering menepis tangan kami saat mau ambil tangannya.
Sejak Iva umur 8bulan, adat Iva makin menjadi. Setiap mau diganti celana atau bajunya selalu dimulai dengan menangis kencang bahkan mulutnya akan babling sambil marah-marah. Tapi reaksi seperti itu hanya berlaku bila yang melakukannya mbak Ana, sementara bila mbak Atun atau gue, sikap Iva akan manis, meskipun suka diawali dengan tangisan tapi selanjutnya akan ketawa-tawa.
Slama ini emang gue suka ingetin mbak Ana untuk banyak senyum, ajak Iva bicara dan nga pasang muka cemberut manyun atau jutek mulu. Beda ama mbak Atun yang selalu ajak 2i becanda, main, ngoceh dan ramah sama 2i.
Sepertinya gue melihat Iva sama seperti mbak Ana yang selalu pasang muka galak, jutek, jarang senyum dan manyun. Nga pernah bosen gue ingetin mbak Ana untuk ramah karena bagaimanapun aura negatif bisa menular. Sejak mbak Ana pulang, gue menemukan banyak perubahan pada diri Iva.
Paling utama, Iva jarang marah-marah nga jelas. Saat bertemu dengan saudara Ahad kemarin, Iva selalu tersenyum dan mengajak becanda bahkan mau digendong, sesuatu yang sebelumnya sangat mustahil. Smua kelurga suami senang skaligus bingung dengan perubahan sifat Iva yang jadi pribadi ramah dan murah senyum, persis seperti Izan.
Bahkan sejak Senin kemarin, saat kami mengajari Iva salim, tangan Iva tidak menolak bahkan salim dengan manis. Tadinya gue kira hanya kebetulan tapi sampai hari ini, Iva sangat mudah untuk diajari salim.
Sebelumnya saat masih mbak Ana yang ngasuh, saat tidur malem, Iva akan terbangun 2jam sekali bahkan pernah sejam sekali sampai gue tepar dan bingung apa Iva masih laper karena ASIPnya nga berkurang bahkan makan beratnya udah 2x diluar camilan. Sampai makan beratnya menjadi 3xpun hasilnya tetep sama, Iva bangung sering tiap malem.
Sekarang saat ama mbak Atun, udah seminggu lebih, Iva tidur malemnya nyenyak abis. Bangun malemnya paling banyak 2x bahkan beberapa kali bangunnya saat Subuh yang berarti Iva tidur panjang tanpa terbangun.
Semingguan ditinggal Mbak Ana, Iva berubah menjadi bayi yang menyenangkan, murah senyum, bawaannya becanda terus. Bahkan smua keluarga gue dan suami yang biasanya susah untuk gendong Iva kaget bin senang karena Iva mulai mau digendong. Selain itu secara fisik Iva mulai terlihat gemukan setelah sebelumnya pada ribut Iva kurusan.
Jujur gue seneng banget dan bersyukur Iva bebas dari mbak Ana. Mungkin sebenernya slama ini Iva udah menunjukkan protes atas ketidaksukaannya pada mbak Ana melalui sikapnya tapi gue tidak menyadarinya karena menganggap hal biasa. Rupanya gue salah dan tidak aware dengan protes Iva. Biarpun masih bayi, Iva sudah bisa menunjukkan perasaannya dan bodohnya gue tidak menyadari hal itu.
Pelajaran penting buat gue, saat menerima asisten kalo dari awal feeling udah nga cocok jangan diterima walopun kepepet. Sebenernya gue merasakan hal tsb saat mau menerima mbak Ana karena melihat aura wajahnya yang dipasang tidak ramah. Rupanya aura itu menular pada Iva hiks.
Alhamdulillah mbak Ana sudah pergi. Meskipun mbak Atun lancang memakai properti gue tapi gue melihatnya telaten, ngemong dan sayangnya dia mengasuh 2i membuat gue dan suami lagi-lagi memaafkan dia. Well walopun yang paling utama saat ini, gue dan suami bener-bener cuma bisa mengandalkan mbak Atun untuk mengasuh 2i. Saat ini, lebih baik kami mengalah daripada mengorbankan 2i. Kami nga mau Izan atau Iva menjadi korban asisten.
Apalagi kalo ingat mbak Ana punya jimat dari dukunnya yang mungkin membuat Iva bersikap seperti itu. Membuat gue makin bersyukur, Iva terbebas darinya. Percaya tidak percaya, aura negatif dari orang yang mengasuh akan menular pada anak kita. Smoga sikap negatif dari mbak Atun tidak menular pada 2i karena setidaknya mbak Atun masih sholat, ngaji, lumayan taat beribadat daripada mbak Ana. Mungkin kesalahan mbak Atun tersebut merupakan kekhilafan dan dia sudah menyadarinya. Smoga mbak Atun tidak membuat masalah lagi sehingga gue tenang meninggalkan 2i dalam asuhannya.
Ket foto: 2i dan mba Atun
Sabtu, January 24th 2010
